Kamis, 31 Januari 2013

Misteri Keinginan & Liburan di Pantai

Kita sebut saja namanya Bambang (oh no, lagi-lagi saya tidak bisa menahan diri utk tidak menggunakan nama ini, setelah begitu sering dipakai dalam banyak tulisan sebelumnya).

Ada apa dengan Bambang ini? Dia sudah bertahun-tahun ingin liburan. Mau kemana dia? Dia mau pergi melihat pantai yang indah, dipenuhi dengan banyak turis, ramai oleh pengunjung. Siang hari bisa berlarian bebas di atas pasir yang menghampar, berjemur di atas tikar, memakai kaca mata hitam, menatap ombak bergulung, minum air kelapa dingin, mantap sekali rasanya. Sedangkan di malam hari, bisa menggelar meja dan kursi di atas pasir, mendengar debur ombak, lampu-lampu menyala terang, menyantap hidangan seafood aduh lezatnya, dihibur oleh musik live artis lokal. Amboi.

Maka cita-cita liburan ini selalu terucapkan oleh Bambang. Ke teman dekatnya, "Gue mau liburan ke sebuah pantai. Pergi jauh ke tempat itu. Semoga bisa segera terwujud.", ke teman sekolah/kerjanya, "Gue pengin banget liburan di pantai, kapan ya bisa tercapai?", ke keluarganya, "gue bosan di sini, gue mau liburan ke pantai!", hingga update status/twet di jejaring sosialnya. Bambang pengin liburan di pantai.

Tidak ada yang salah dengan keinginan Bambang ini. Normal-normal saja. Tapi hampir semua teman, kerabat, sanak famili, hingga teman2 di jejaring sosial bingung. Aduh, Bambang, lu beneran pengin liburan ke pantai? Mereka tidak paham dan tidak habis pikir kenapa Bambang pengin liburan ke pantai. Nah? Kenapa mereka bingung? Jawabannya simpel: karena Bambang kita ini ternyata tinggal di pantai kuta, Bali. Tempat orang-orang jauh di dunia ini justeru ingin datang ke sana. Jadi, bagaimana mungkin Bambang justeru pengin pergi ke pantai lain yg jauh, sedangkan Kuta ada di depan matanya?

Tidak masuk akal bukan? Entahlah. Saya tidak tahu. Saya tidak jelas benar apakah keinginan Bambang ini normal atau tdk masuk akal. Karena boleh jadi kehidupan saya sama seperti Bambang. Kita punya keinginan ini, itu, boleh jadi sebenarnya kita sudah memiliki ini, itu tersebut. Kita merasa terus mencari, mengumpulkan, berhitung, boleh jadi kita sudah punya semua hal tersebut, lengkap di depan mata. Kita ribut pengin hidup bahagia? Aduh, bukankah kita sudah bahagia--bahkan menurut orang2 di sekitar kita hidup kita itu sudah oke banget. Apa lagi yang kurang? Kita mengeluh kurang, semua orang disekitar kita tdk paham, apanya yg kurang sih? Kita ingin lebih cantik? Aduh, semua orang sepakat bilang, kan sudah cantik banget loh?

Tapi boleh dong saya memiliki ambisi untuk selalu lebih? Boleh saja, tidak ada yang melarang. Boleh dong sy punya keinginan2? Boleh. Tapi sekali dua, tdk ada salahnya, ingatlah selalu kisah Bambang ini, karena jangan sampai, kita meributkan sesuatu, mengeluh, menginginkan sesuatu, padahal sejatinya sesuatu itu ada di sekitar kita. Hanya soal, apakah kita mau menyadarinya, menikmatinya, berbahagia dengan yang ada. Dan terakhir: bersyukur dgn yg ada tersebut.

*btw, sebagai epilog, beberapa tahun kemudian, si Bambang bisa pergi ke Phuket, Thailand. menetap di sana. 2 tahun di sana, dia merasa indah sekali pantai itu, tempat yg paling dicita2kan telah bersua. sayangnya, 2 tahun berikutnya, dia mulai bosan, dan kembali bilang: "gue mau liburan ke sebuah pantai. Pergi jauh ke tempat itu". Begitulah kisah si bambang--dan maafkan sy kalau ada yg namanya Bambang, sy hanya comot nama saja.

Note nya Bang Tere

Petunjuk Lengkap Soal Invansi Alien (repost, tulisan iseng)

Tulisannya bang tere pas lagi iseng, tapi asyik juga hehehe...

Apakah kita, mahkluk bumi, hidup sendiri di dunia ini? Apakah ada planet lain di galaksi antah berantah sana yg juga dihuni oleh kehidupan? Saya tidak tahu. Apakah mahkluk2 itu lebih cerdas dibanding kita? Lebih keren? Saya tidak tahu. Yang saya tahu, banyak orang yg tetap suka bertanya hal tersebut, meskipun tidak ada yg bisa memberikan jawaban pastinya.

Kita menyukai cerita2 tentang kemungkinan adanya kehidupan lain di semesta. Dan rasa suka itu, bahkan kongkret, banyak buku, film, yang dibuat berdasarkan rasa penasaran itu--beberapa film bahkan terkenal hingga ke pelosok2 yg tidak memiliki layar bioskop. Orang mau membayar utk menonton cerita super fiksi. Terbengong2, kemudian dibahas, didiskusikan seolah itu nyata. Tapi boleh jadi, bukan? Boleh jadi alien itu memang ada? Boleh jadi, besok saat kita berangkat kerja, pergi sekolah, orang2 sudah berdiri menyemut di jalanan, mendongak menatap langit yg tiba2 gelap, ditingkahi dengan cahaya2 indah--tapi menyeramkan.

Wah, kalau itu sampai terjadi, semua orang perlu persiapan matang bagaimana menghadapinya. Harus ada prosedur standar bagaimana menghadapinya, antisipasi. Come on, alien gitu loh, itu penting sekali. Terlebih, 99% ahli bersepakat, jika alien itu benar2 ada, maka mereka akan bertindak agresif.

Nah, berikut sy tuliskan apa saja yg harus kalian lakukan ketika masa2 itu benar2 datang. Here we go:

1. Saat alien bertamu ke bumi, apalagi datang dengan agresif menyerang, melakukan invansi, maka please deh, JANGAN PERNAH mempercayai siapapun. Termasuk adik, kakak, orang tua, anak. Hello, mereka bisa menyerupai siapa saja, bukan? Satu2nya yang bisa kalian percaya adalah: Orang2 yg mengenakan kostum serba hitam, jas hitam, celana kain hitam, sepatu hitam, rambut disisir rapi, dan tentu saja berkaca-mata hitam. Hanya mereka.

2. Saat alien itu beneran bertamu ke bumi, maka JANGAN PERNAH sok tahu ikut melawan. Kecuali kalian adalah pemeran utama. Sejago apapun kalian, kalau bukan pemeran utama, bisa mati kapan saja. Itu sudah rumus baku. Nah, akan lebih PD lagi, kalian sudah pemeran utama pula, juga punya teman kongkow semacam mobil yg bisa berubah jadi robot. Itu pasti kereeenn.

3. Tips berikutnya, secanggih apapun teknologi persenjataan mereka, sehebat apapun kapal perang mereka, maka JANGAN PERNAH PANIK!! Segera cari bunker, persembunyian, apapun itu. Segera mundur sejenak untuk balas menyerang. Saat sudah di bunker, hela nafas tenang, duduk yang nyaman, lantas berpikir. Kita pasti bisa mengalahkan mereka, hanya soal seberapa kreatif kita mencari solusi. Kadang hal2 kecil bisa jadi senjata utk menghabisi mereka. Siapa sangka, virus komputer, senjata gelombang, air mineral, juga shampo anti ketombe, bisa efektif mengalahkan mereka. Boleh jadi besok lusa, macam obat jerawat dan panu pun bisa efektif.

4. Saat kalian terjebak di tengah pertempuran hebat. Peluru kemana2, maka penting sekali memiliki prinsip 'tawaqal', berserah diri. Ayolah, sy serius ini. Saya kadang terperangah melihat ada saja loh, walau sudah ditembak ribuan kali, oleh puluhan orang, sekali tidak kena, maka tidak akan kena2. Tetap lolos dengan bergaya.

5. Ohiya, sebagai tindakan preventif, rajin2lah memeriksa loteng rumah masing2. Memastikan boneka mainan anak2 kita normal. Memeriksa lubang di halaman rumah. Sekali lagi, hello, mereka itu aliens, mereka bisa menjadi apa saja, dan ada di mana saja. Mereka bahkan bisa main basket, menyembuhkan penyakit, termasuk ikut menari dan bernyanyi lagu india.

6. Nah, jika kasus sebaliknya, kalau manusia bumi-lah yang mengunjungi planet lain, teknologi kita sudah semaju itu, bisa mengirim ekspedisi ke planet2 dgn kehidupan lainnya, maka please tolong pastikan, jagoan yang kita kirim tersebut tidak dekat2, sekali lagi sy tegaskan, jagoan kita jangan sekali2 dekat2 dengan puteri ketua suku penduduk planet tersebut. Karena urusan bisa kacau balau kalau jagoan kita tsb naksir anak ketua suku mereka. Bisa berbalik arah melawan kita.

7. puhh, ternyata semakin tua, sy semakin susah disuruh bikin artikel mengarang bebas macam ini. Silahkan tambahkan sendiri kalau kalian punya ide lain. jangan malu2 dianggap garing sama yg lain. berpikir kreatif itu perlu mental kuat.

Melalui Pena

Saya paling suka repost tulisan-tulisan bang Tere, karena banyak buah penanya yang menginspirasi, meski tidak menggurui secara langsung tapi sangat memotivasi denga memberikan pemahaman-pemahaman yang baik, melihat sesuatu dari sisi yang berbeda. Salah satu nya ini....

Berapa banyak yang bisa dituliskan manusia? Gunakan seluruh pulpen, spidol, pensil, kapur, gunakan semuanya. Pakai semua kertas, daun, kulit, dinding, pasir, pakai semuanya. Berapa banyak yang bisa kita tulis? Segunung tulisan? Atau berpuluh2 gunung tulisan?

Tidak cukup, maka mari gunakan hard disk, tuliskan di layar komputer, laptop, dan berbagai gagdet lainnya, simpan dalam memory komputer paling canggih. Tuliskan semuanya. Berapa banyak yang bisa manusia tulis? Ber-tera-tera byte?

Berapa banyak yang bisa ditulis manusia? Tahun lalu, tidak kurang trilyunan tweet berlalu lalang di dunia maya. Tidak kurang ber trilyun SMS melintas di langit-langit percakapan, tuliskan semuanya.

Berapa banyak yang bisa ditulis manusia? Pernah dan akan ditulis hingga akhir jaman? Banyak? Maka kalaupun banyak, berapa yang bisa disimpan dan tetap abadi? Tidak seperti SMS yang melintas begitu saja, hilang.

Saya tidak tahu jawabannya.

Tapi sungguh, sebanyak apapun yang manusia pernah tulis, masih kecil saja dibandingkan tulisan dari maha pencipta. Dengarlah kalimat itu, kalimat yang amat mengagumkan. Dan sungguh, seandainya pohon-pohon di bumi dijadikan pena dan laut dijadikan tinta, lantas ditambahkan lagi tujuh laut sesudah keringnya, niscaya tidak akan habis-habisnya dituliskan kalimat Allah.

Berapa banyak yang bisa manusia tulis? Kita ini 'bodoh', Allah lah yang mengajarkan kita melalui perantara pena. Maka sungguh, beruntunglah orang2 yang senantiasa suka membaca.

Rabu, 30 Januari 2013

Ketika Kau Kehilangan

"Kau tahu, hampir semua orang pernah kehilangan sesuatu yang berharga miliknya, amat berharga malah. Ada yang kehilangan sebagian tubuh mereka, cacat, kehilangan pekerjaan, kehilangan anak, orang-tua, benda-benda berharga, pasangan hidup, kesempatan, kepercayaan, nama baik, dan sebagainya. Dalam ukuran tertentu, kehilangan yang kau alami mungkin jauh lebih menyakitkan. Tetapi kita tidak sedang membicarakan ukuran relatif lebih atau kurang. Semua kehilangan itu menyakitkan."

“Apapun bentuk kehilangan itu, ketahuilah, cara terbaik untuk memahaminya adalah selalu dari sisi yang pergi, bukan dari sisi yang ditinggalkan. Dalam kasusmu misalnya, kepergian istrimu, penjelasan ini amatlah rumit kalau kau memaksakan diri memahaminya dari sisi kau sendiri, yang ditinggalkan. Kau harus memahami dari sisi istrimu yang pergi...”

“Kalau kau memaksakan diri memahaminya dari sisimu, maka kau akan mengutuk Tuhan, hanya mengembalikan kenangan masa-masa itu, bertanya apakah belum cukup penderitaan yang kau alami. Bertanya kenapa Tuhan tega mengambil kebahagiaan orang-orang baik, dan sebaliknya memudahkan orang-orang jahat. Kau tidak pernah berdamai dengan kematiaan istrimu.”

“Malam itu, Tuhan tidak sedang menghukummu, malam itu saat rembulan bersinar terang, saat gemintang tumpah ruah di angkasa menjelang subuh, saat itu Tuhan sedang mengirimkan seribu malaikat untuk menjemput istrimu. Subuh itu dia menjemput takdir terbaiknya, takdir langit yang hebat. Istrimu pergi setelah mendapatkan tujuan hidupnya...”

"Dari sanalah memahaminya. Dari sisi istrimu yang pergi, makau kau akan lapang menerimanya"

--Tere Liye, novel "Rembulan Tenggelam Di Wajahmu.

Berpikirlah dengan Waras, dan Mulailah Peduli

Saya pernah menulis di page ini, tidak hanya pernah, sering bahkan. Dalam demokrasi hari ini, ketika semua orang berhak bersuara, berhak melakukan apapun yang dia mau lakukan, maka isu moralitas akan menjadi sasaran empuk. Nah, kalian mau tahu seberapa rusaknya dunia? Maka lihatlah dari negara2 lain, belajarlah dari mereka.

Jepang, Korea, itu adalah negara2 dengan budaya luhur yang luar biasa. Kalau kalian punya teman orang sana, minta mereka bertanya ke kakek-neneknya mereka dulu. 30 tahun lalu mereka amat beradab mengatur hubungan cowok-cewek, lawan jenis. Hari ini, hanya hitungan 20-30 tahun, semua seperti lenyap tidak bersisa. Orang2 hidup serumah padahal bukan suami istri biasa saja, artis2, selebritis mempertontonkan hal tersebut, urusan masing-masing.

Apalagi kalau kalian mau belajar dari negara2 barat sana. Presiden amerika bilang, pasangan gay dan lesbian 'berhak menikah'. Hari ini dia bilang dengan yakin, entah apa raut wajahnya kalau dua putrinya besok lusa menikah dengan perempuan sejenis. Di eropa, seorang menteri mengaku homo itu lumrah. Di salah satu negara, ibu negara adalah pasangan kumpul kebo pemimpin negara, boleh2 saja, tetap bisa jadi first ladies. Siapa yang melarang? Mereka semua tidak keberatan. Rakyat mereka bilang oke2 saja, no problemo, bungkus.

Kita? Apa yang akan terjadi 20, 30 tahun lagi? Boleh jadi sama. Sebelah rumah kalian ada pasangan tidak menikah, depan rumah kalian pasangan sesama jenis. Jika sebagian besar rakyat Indonesia ini bodo amat, tutup mata, urus masing2 soal moralitas, maka masa itu akan datang lebih cepat.

Mudah sekali membuat rusak sebuah generasi melalui kehidupan bebas, pergaulan bebas. Apa susahnya? Toh, tanpa dibombardir dengan tontonan, dsbgnya, mereka juga sudah semangat sekali menabrak rambu2nya. Mudah sekali memasukkan paham ini, karena generasi muda memang cenderung untuk ingin tahu.

Maka mulailah peduli. Apakah di Amerika sana tidak banyak orang2 yg taat pada agamanya? Buanyaaak, kawan. Rajin2 ke rumah ibadah, rajin2 baca kitab sucinya, tapi tinggal sedikit saja yg peduli. Isu moralitas seperti buah simalakama dalam dunia hari ini. Jadi senjata pamungkas untuk menyerang saat ada yang memutuskan untuk peduli, selalu saja dibilang, urus masing2, nggak usahlah sok suci, dsbgnya.

Jaga anak2 kita, lindungi teman2 kita, kerabat, keluarga, siapapun remaja di sekitar kita dari pemahaman yang merusak. Tegur mereka, ingatkan selalu. Urusan ini kadang kacaunya luar biasa, kita jaga baik2 anak kita, remaja2 kita, malah dibilang mengekang. Kita benar2 peduli dgn masa depan anak2 kita, remaja2 kita, malah dibilang tidak modern. Sementara di luar sana, yg bebas2 saja mau ngapain, dibilang itulah hak asasi, hidup modern.

Ikutlah ambil bagian untuk peduli. Atau semua benar2 terlambat, dan kalian bersiap saja, besok lusa, saat di kendaraan umum, menemukan ada orang ciuman, mesra2an, tidak peduli sekitar, dan hei, mereka sesama jenis.

Berlebihan? Lebay? Simpan artikel ini, buka lagi 20, 30 tahun lagi.

Pergilah Melihat Dunia

Pergilah melihat dunia, Anakku.. Dengarkan gunung-gunung bergema memanggilmu, Nak.. Atau lautan bergelora mengundangmu

Maka berangkatlah..

Biarkan alas kakimu yang paling jauh hanya pergi sekitaran rumah akhirnya menjejak ribuan mil Biarkan debu perjalanan menempel di seluruh pakaian Jangan cemas banyak hal Jangan berpikir terlalu panjang hingga ragu datang Lihatlah dunia terbentang..

Dengarkan nyanyian lembah-lembah hijau, Nak..

Atau padang stepa, padang sabana luas, hingga debu padang pasir.. Atau menyentuh lembutnya pucuk salju dingin menyenangkan..

Jangan habiskan hidup hanya antara bangunan, jalan setapak, kendaraan, itu-itu saja..

Jangan habiskan pagi, siang, sore, malam di jendela yang sama, menghela nafas seolah lega..

Jangan habiskan hari dengan hanya bermimpi melihat dunia

.. hidupmu lebih besar dibanding sempitnya kerangkeng pemikiran dan pemahaman

Dengarkan gendering ramai kota-kota besar, Nak.. Atau desa-desa permai dengan penduduk selalu tersenyum walaupun mereka berbeda warna kulit

Maka biarkan semua petualangan itu datang

Jangan sedih jika malam-malam terasa lebih panjang Jangan takut kehabisan bekal Jangan takut tidak pernah kembali Biarkan semua mengalir Kau akan bertemu teman-teman baru

Berangkatlah, Nak..

Kau akan tumbuh layaknya seorang petualang Tidak mengeluh saat hujan turun Tidak cemas walau semua serba terlambat Tidak panik meski semua berantakan Tidak dikendalikan waktu apalagi oleh manusia lain Kau akan tumbuh semakin kuat

Kau akan mengerti banyak hal..

Karena sungguh Nak..

Bapakmu tidak bisa menceritakan lebih baik bagaimana rasanya sendirian duduk di sebuah angkutan, sesak oleh penumpang dengan warna kulit berbeda, duduk rapat, sempit saling menempel bahu, suara kotek ayam, tumpukan karung sayur, kardus-kardus, ramai suara mengobrol dengan bahasa antah-berantah, lirikan anak-anak yang ingin tahu.. Dan kau harus mendirikan sholat jama’ di atas mobil itu karena dua waktu sholat hampir habis, kendaraan tak kunjung berhenti.

Kau akan tahu persis sensasinya saat kau sendiri mengalaminya

Dan itu akan memberikan pemahaman baru..

Kau akan mengerti banyak hal..

Pergilah melihat dunia ~From D.T.L

Kisah Tangan Kanan & Kecintaan atas Nabi kita

Mengapa dalam agama kita, makan dan minum harus pakai tangan kanan? Karena itu perintah Rasul Allah.

Terserah saya dong, mau makan pakai tangan kiri. Ya, silahkan. Tidak akan ada petir yg menyambar kepala gara2 itu. Tapi, sebelum melakukannya, dengarkan kisah seseorang yang baru saja mengalami musibah.

Kita sebut saja Bambang, baru 12 tahun. Namanya juga tere liye itu pengarang novel, jd suka banget pakai nama Bambang. Masih kelas enam SD, tapi anak kecil selalu saja spesial. Sy beberapa hari lalu, bahkan mendengarkan cerita Ashabul Kahfi dari seorang anak berusia 5 tahun--lengkap, sistematis, beserta hikmahnya.

Alkisah, Bambang, jagoan kecil kita ini, naik motor abang ojek, antar jemput, pulang dari sekolahnya. Nahas, motornya ditabrak mobil, lengan kanannya tergencet knalpot, parah, dan tidak ada pilihan selain diamputasi.

Sedih sekali orang tuanya, siapa tidak sedih, anak semanis Bambang, penurut, pintar, harus kehilangan lengan tangan kanannya. Tapi Bambang tidak terlihat sedih, dia lebih banyak berdiam diri, seperti mencemaskan sesuatu.

Apa pasal yg dicemaskannya? "Apakah boleh Bambang nanti makan pakai tangan kiri, Pak, Bu?" Akhirnya Bambang buka mulut, bertanya, suaranya bergetar. Orang tuanya terdiam sejenak, saling bersitatap, lantas buru-buru menggangguk, tentu saja boleh.

"Tapi, tapi apakah Nabi Muhammad tidak akan marah?" Anak kecil itu menyeka air matanya dengan punggung telapak tangan kirinya, terisak.

Dua belas tahun umurnya, lengan tangan kanannya hilang, hanya satu hal yg dia cemaskan. Bukan masa depannya, melainkan, apakah Nabi Muhammad akan marah atau tidak kalau dia terpaksa makan tangan kiri. Itulah kecintaan atas Nabi yg cemerlang.

--besok Nabi ulang tahun; boleh jadi beliau juga marah saat tahu kita sibuk memperingatinya. tapi terlepas dari perdebatan itu. salah-satu hikmah tanggal merah besok adalah: kita punya momen untk lebih mengenal orang yg paling mulia. yang bahkan memandang wajahnya saja cukup membuat air mata jatuh berlinang oleh kerinduan. bahkan sungguh ya Allah, saya ingin sekali berjumpa dengannya malam ini, meski sekadar sedetik lalu. ~~D.T.L~~

Kabar Baik, Kabar Buruk

Seorang guru pernah becerita, "Ada janji Tuhan yang selalu saya pegang teguh, anakku."

Saya bertanya: "Apa itu guru?"

Guru tersenyum: "Bahwa setiap ada kesulitan, akan selalu datang kemudahan. Setiap ada kabar buruk, akan senantiasa hadir kabar baik."

Saya mengangguk takjim: "Itu sungguh janji yang melegakan hati, Guru. Pantas untuk dipegang teguh"

Guru balas mengangguj, tersenyum.

Saya tiba2 mengangkat kepala, "Tapi guru, jika demikian, kenapa kami selalu merasa sedih dengan banyak kesulitan dan kabar buruk? Bukankah kalau janji itu benar, tidak ada lagi yang perlu jadi beban di pundak? Titik. Tidak ada lagi koma. semua sudah dikunci oleh kalimat tersebut?"

Guru terdiam.

Saya menatap guru, menunggu jawabannya.

Guru diam lagi sejenak, menggeleng pelan, "Saya juga tidak tahu jawabannya, Nak. Terkadang, satu-dua kabar buruk, bisa dilewati dengan baik, dan tibalah kabar baiknya. Semua berakhir bahagia. Tapi terkadang, semua terasa sesak, menggelayut di punggung, membuat sesak menghela nafas, entah tidak tahu kapan kabar baiknya tiba. Kadang sudah gembira, merasa itu kabar baik, ternyata belum, malah tambah buruk. Saya boleh jadi lebih sering merasa sedih dengan banyak kesulitan dibanding kalian. Saya tidak tahu jawabannya, Nak."

Saya menggaruk kepala. Aduh, kalau guru saja tidak tahu, bagaimana lagi?

Guru menatap tikar pandan, berkata pelan, "Mungkin kita semua harus terus belajar memahami janji itu hingga akhir hayat, Nak. Agar kita senantiasa merasa hidup dalam kehidupan. Mungkin semua kesulitan, kabar buruk, akan melengkapi kehidupan ini sendiri. Dan Tuhan memberikan janji itu, agar kita punya lampu saat semua terasa gelap, punya pegangan saat semua bergerak tidak tahu arahnya. Membuat kita menyadari kita ini manusia, hidup sebentar saja di muka bumi. Mungkin itulah."

Saya ikut menatap tikar pandan. Itu berarti, apalagi saya, masih harus terus belajar.

~Notenya Bang D.T.L