Senin, 16 Januari 2012

Kasih yang tak bertepi

Kasih sayang anak sepanjang galah, kasih sayang ibu sepanjang jaman

Ternyata banyak benarnya kata pepatah ini, jika diperhatikan banyak hal yang mungkin tidak kita sadari dan sering kita lakukan kepada orang tua kita sendiri. Pagi tadi, menyimak dari cerita teman yang baru pulih dari sakitnya dengan kondisi badan yang masih lemah beliau menceritakan keadaanya selama sakit. Beliau melewati hari-harinya hanya di atas tempat tidur, dan untuk makan setiap hari beliau menunggu kiriman dari anak-anaknya. Untuk makan sebenarnya banyak hal yang menjadi pantangan yang harus beliau perhatikan agar sakitnya tidak semakin parah, tetapi yang terjadi setiap hari makanan yang dikirim oleh sang anak adalah makanan-makanan yang menjadi pantangan bagi sang ibu, dan ketika ibu ini sakit cucu yang biasa di asuh oleh suami ibu ini juga masih dititipkan di rumah ibu ini, sehingga perhatian yang seharusnya lebih banyak untuk si ibu yang sakit menjadi terbagi malah bisa dikatakan kurang diperhatikan. Padahal jika kita sakit dan orang-orang disekitar kita memberikan perhatiannya kepada kita, meskipun hanya menyuapi kita makan atau memperhatikan jadwal kita minum obat, hal-hal kecil ini bisa menjadi salah satu suntikan semangat yang bisa mempercepat kesembuhan bagi orang yang sedang sakit. Intinya dari cerita ibu ini banyak kekecewaan yang dirasakan selama beliau sakit dari perlakuan orang-orang disekitarnya.

Coba ingat dan perhatikan, ketika kita masih kecil dulu apa yang kita inginkan, apa yang kita butuhkan selalu berusaha dipenuhi oleh orang tua kita, bagaimanapun caranya! Meski dalam keterbatasan materi orang tua kita selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak nya. Dan sampai sebasar dan setua ini apa yang sudah kita lakukan untuk kedua orang tua kita.

Sebenarnya saya juga masih belajar untuk selalu berbuat yang terbaik untuk orang tua saya, karena butuh kesabaran yang luar biasa untuk bisa melakukannya, tapi dengan niat yang tulus insyaallah apapun pasti mudah untuk dilakukan. Berbuat baik atau memuliakan orang tua tidak harus dengan materi, karena jika materi yang kita miliki terbatas, apa harus nunggu kita jadi orang kaya baru memuliakan orang tua kita?? Ah,,,, terlalu lama, iya klo kesempatan itu masih ada! Bagaimana jika ketika kita banyak uang orang tua kita sudah duluan meninggal, ato sebaliknya kita yang duluan diambil.
Mulai deh dari sekarang, kata Aa Gym mulai dengan 3M : mulai dari yang kecil, mulai dari diri sendiri dan mulai saat ini:) eh,,,,, ternyata bisa dipake untuk apa saja yah rumus ini ^_^

Kebaikan apapun yang kita lakukan sebenarnya bukan untuk orang yang kita baiki, tetapi semuanya akan kembali kepada diri kita sendiri, mungkin apa yang kita sekarang lakukan pada ayah ibu kita akan  kembali kepada kita saat kita memiliki anak nanti.  

Seperti hukum tabur tuai "Siapa yang menanam apel akan berbuah apel juga kan?? tidak mungkin kan menanam apel yang muncul cabe,,,,". Yang penting niat dan tekad untuk selalu berbuat baik dan memuliakan orang tua itu yang penting!!

Jadi teringat sama cerita teman ku tadi siang, ketika ayah nya sakit dan berkata kepada adiknya: "Nik klo ayah meninggal nanti kamu buat selamatan untuk ayah", dan adiknya menjawab "apa yang ayah ingin kan, aku belikan yah!". Percuma juga klo kita berbuat baik kepada orang tua kita setelah beliau berdua meninggal, lakukan saja apa yang kita bisa sekarang.

"Orang muda yang memuliakan orang tua karena usianya, maka nanti Allah akan membalas kepadanya dimana orang-orang muda akan memuliakannya bila ia telah tua." (HR. Turmudzi)

Minggu, 08 Januari 2012

Malu Nich,,,,,!! Mengenal Syafi'i Antonio

Salut plus bangga banget sama Bapak yang satu ini,  karena beliau Syafii Antonio. mengenal Islam sejak SMA tapi pengetahuannya tentang Islam dan sejarahnya luar biasa luasnya, Bhs Inggrisnya jagoo apalagi Bhs Arab fasih banget dah + hafalan Qurannya juga TOP banget (merhatiin banget ketika lihat Dai Muda Pilihan ANTV), tapi sekaligus malu juga sich, kita muslim sejak kecil tapi banyak hal tentang Islam yang tidak kita fahami bahkan tidak kita ketahui, hmm........ ironis bukan??

Baca Biaografinya ::


Muhammad Syafii Antonio adalah seorang muslim keturunan Tiong Hoa yang menjadi pakar ekonomi syariah di Indonesia. Ia lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 12 mei 1965. Nama aslinya Nio Cwan Chung. Sejak kecil ia mengenal dan menganut ajaran Konghucu, karena ayahnya seorang pendeta Konghucu. Selain mengenal ajaran Konghucu, ia juga mengenal ajaran Islam melalui pergaulan di lingkungan rumah dan sekolah. Ia sering memperhatikan cara-cara ibadah orang-orang muslim. Kerena terlalu sering memperhatikan tanpa sadar ia diam-diam suka melakukan shalat. Kegiatan ibadah orang lain ini ia lakukan walaupun ia belum mengikrarkan diri menjadi seorang muslim.

Muhammad Syafii Antonio

Biografi Muhammad Syafii Antonio dari Biografi Web

Kehidupan keluarganya sangat memberikan kebebasan dalam memilih agama. Sehingga ia memilih agama Kristen Protestan menjadi agamanya. Setelah itu ia berganti nama menjadi Pilot Sagaran Antonio. Kepindahan ia ke agama Kristen Protestan tidak membuat ayahnya marah. Ayahnya akan sangat kecewa jika ia sekeluarga memilih Islam sebagai agama. Sikap ayahnya ini berangkat dari image gambaran buruk terhadap pemeluk Islam. Ayahnnya sebenarnya melihat ajaran Islam itu bagus. Apalagi dilihat dari sisi Al Qur’an dan hadits. Tapi, ayahnya sangat heran pada pemeluknya yang tidak mencerminkan kesempurnaan ajaran agamanya.
Gambaran buruk tentang kaum muslimin itu menurut ayahnya terlihat dari banyaknya umat Islam yang berada dalam kemiskinan, keterbelakangan,dan kebodohan. Bahkan, sampai mencuri sandal di mushola pun dilakukan oleh umat Islam sendiri. Jadi keindahan dan kebagusan ajaran Islam dinodai oleh prilaku umatnya yang kurang baik. Kendati demikian buruknya citra kaum muslimin di mata ayah, tak membuat ia kendur untuk mengetahui lebih jauh tentang agama islam.

Untuk mengetahui agama Islam, ia mencoba mengkaji Islam secara komparatif (perbandingan) dengan agama-agama lain. Dalam melakukan studi perbandingan ini ia menggunakan tiga pendekatan, yakni pendekatan sejarah, pendekatan alamiah, dan pendekatan nalar rasio biasa. Sengaja ia tidak menggunakan pendekatan kitab-kitab suci agar dapat secara obyektif mengetahui hasilnya.

Berdasarkan tiga pendekatan itu, ia melihat Islam benar-benar agama yang mudah dipahami ketimbang agama-agama lain. Dalam Islam ia temukan bahwa semua rasul yang diutus Tuhan ke muka bumi mengajarkan risalah yang satu, yaitu Tauhid. Selain itu, ia sangat tertarik pada kitab suci umat Islam, yaitu Al-Qur’an. Kitab suci ini penuh dengan kemukjizatan, baik ditinjau dari sisi bahasa, tatanan kata, isi, berita, keteraturan sastra, data-data ilmiah, dan berbagai aspek lainnya. Ajaran Islam juga memiliki system nilai yang sangat lengkap dan komprehensif, meliputi system tatanan akidah, kepercayaan, dan tidak perlu perantara dalam beribadah.

Dibanding agama lain, ibadah dalam islam diartikan secara universal. Artinya, semua yang dilakukan baik ritual, rumah tangga, ekonomi, sosial, maupun budaya, selama tidak menyimpang dan untuk meninggikan siar Allah, nilainya adalah ibadah. Selain itu,disbanding agama lain, terbukti tidak ada agama yang memiliki system selengkap agama Islam. Hasil dari studi banding inilah yang memantapkan hati ia untuk segera memutuskan bahwa Islam adalah agama yang dapat menjawab persoalan hidup.
Masuk Islam Setelah melakukan perenungan untuk memantapkan hati, maka di saat ia berusia 17 tahun dan masih duduk di bangku SMA, ia putuskan untuk memeluk agama Islam. Oleh K.H.Abdullah bin Nuh al-Ghazali ia dibimbing untuk mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat pada tahun 1984. Nama ia kemudian diganti menjadi Syafii Antonio. Keputusan yang ia ambil untuk menjadi pengikut Nabi Muhammad saw. Ternyata mendapat tantangan dari pihak keluarga. Ia dikucilkan dan diusir dari rumah. Jika ia pulang, pintu selalu tertutup dan terkunci. Bahkan pada waktu shalat, kain sarung ia sering diludahi.

Perlakuan keluarga terhadap diri ia tak ia hadapi dengan wajah marah, tapi dengan kesabaran dan perilaku yang santun. Ini sudah konsekuensi dari keputusan yang ia ambil. Alhamdulillah,perlakuan dan sikap ia terhadap mereka membuahkan hasil. Tak lama kemudian ibunya menyusul jejak ia menjadi pengikut Nabi Muhammad saw. Setelah mengikrarkan diri, ia terus mempelajari Islam, mulai dari membaca buku, diskusi, dan sebagainya. Kemudian ia mempelajari bahasa Arab di Pesantren an-Nidzom, Sukabumi, dibawah pimpinan K.H.Abdullah Muchtar. Lulus SMA ia melanjutkan ke ITB dan IKIP, tapi kemudian pindah ke IAIN Syarif Hidayatullah. Itupun tidak lama, kemudian ia melanjutkan sekolah ke University of Yourdan (Yordania).

Selesai studi S1 ia melanjutkan program S2 di International Islamic University (IIU) di Malaysia, khusus mempelajari ekonomi Islam. Selesai studi, ia bekerja dan mengajar pada beberapa universitas. Segala aktivitas ia sengaja ia arahkan pada bidang agama. Untuk membantu saudara-saudara muslim Tionghoa, ia aktif pada Yayasan Haji Karim Oei. Di yayasan inilah para mualaf mendapat informasi dan pembinaan. Mulai dari bimbingan shalat, membaca Al-Qur’an, diskusi, ceramah, dan kajian Islam, hingga informasi mengenai agama Islam.

Referensi:
http://www.eramuslim.net/?buka=show_biografi&id=26

AKU YAKIN

Klo mereka sudah berjalan lebih dahulu
Aku yakin, aku juga bisa melangkah berjalan & mungkin  langkahku mendahului mereka
Klo mereka bisa melakukan banyak hal
Aku yakin, aku juga bisa melakukan lebih dari apa yg mereka perbuat
karena setiap jiwa diciptakan dg kelebihannya masing2
Klo mereka bangga dg materi yg mereka peroleh
Aku yakin, aku bisa bersyukur dg banyak hal yg telah aku peroleh, yang mungkin tidak semua orang memilikinya
Klo mereka bangga dg keluasan ilmu mereka
Aku yakin, Aku masih bisa belajar
karena sudah menjadi kewajiban setiap kita belajar ketika nafas masih dititipkan sampai nafas kita dicabut


Catatan q d FB: 3 September 2011

Sabtu, 07 Januari 2012

Ketika bertanya tentang keberadaan Allah SWT


Sudah lama saya dipinjami sebuah buku yang sangat inspiratif berjudul “Like Father Like Son”. Jangan salah kawan, buku ini bukan buku terbitan negara luar, ini asli dari ranah Tanh Air yang ditulis oleh Mohamad Zaka Al Farisi. Buku yang sarat akan hikmah seperti chiken soup versi islaminya  

Ada satu cerita dibagian awal yang membuat saya terkagum-kagum. Dan sekarang saya akan membagikannya kepada teman-teman..

Kisah berikut ini adalah penuturan dari Imam Abu Hanifah. Pada zaman itu, ada seorang ilmuan besar yang sangat terkenal. Sayangnya, ilmuan berkebangsaan Romawi ini seorang atheis dan menolak mentah-mentah keberadaan Tuhan.
Ketika itu, para ulama diam saja dan tidak berusaha untuk menyadarkan si ilmuwan. Tentu saja tidak semua ulama diam, masih ada yang peduli dengan keadaan tersebut. Hal ini bisa berbahaya jika membiarkan si ilmuwan memengaruhi akidah umat. Ulama yang dimaksud adalah guru Abu Hanifah yang bernama Hammad.

Pada suatu hari, orang-orang sudah berkumpul di sebuah masjid. Si ilmuwan naik ke mimbar dan menantang siapa saja yang mau berdebat dengannya. Ada maksud tersembunyi di balik tantangan itu. Sesungguhnya, dia bermaksud menjatuhkan para ulama dengan argumen-argumen yang rasional.

Si ilmuwan semakin congkak, apalagi setelah tantangannya tak bersambut. Dia menyangka semua ulama itu pengecut sehingga tidak ada seorang pun yang berani menyambut tantangannya. Hal ini semakin diperkuat dengan suasana di dalam masjid yang tiba-tiba hening. Beberapa orang saling pandang, ada pula yang mengarahkan pandangan ke deretan paling depan tempat beberapa ulama duduk.

Dari sekian banyak hadirin, ada seorang pemuda yang merasa sebal melihat kecongkakan si ilmuwan. Namun, dia berusaha menahan diri, barangkali ada seorang ulama senior yang berani tampil menghadapi tantangan itu.
Sang Pemuda menunggu lama. Setelah yakin tak ada yang mau maju, barulah dia berdiri dan melangkah menuju mimbar.
“Saya Abu Hanifah, siap berdebat dengan Anda,” kata sang pemuda sambil memperkenalkan diri. Mata Abu Hanifah berusaha untuk menguasai suasana, namun dia tetap merendahkan diri karena usianya yang masih muda.
Semua mata hadirin tertuju ke arah Abu Hanifah. Mereka merasa heran melihat keberanian sang pemuda. Beberapa orang mengatakan salut kepada Abu Hanifah, si ilmuwan sendiri merasa heran melihat keberanian Abu Hanifah. Akan tetapi, kebanyakan hadirin bersikap sinis terhadap Abu Hanifah dan menyepelekan kemampuannya. Ada pula yang mempertanyakan motif Abu Hanifah tampil kedepan. Apakah sekadar asal tampil, membuat sensasi, atau mencari popularitas.

Namun, wajah Abu Hanifah tetap tenang. Beliau tidak terpengaruh oleh berbagai bisikan yang ada termasuk yang bernada miring sekalipun.



—–
Abu Hanifah berkata, “Sekarang apa yang akan kita perdebatkan..? “.

Ilmuan kafir itu heran akan keberanian Abu Hanifah, dia lalu memulai pertanyaannya :

Atheis : Pada tahun berapakah Tuhan-mu dilahirkan?

Abu Hanifah : Allah berfirman “Dia (Allah) tidak dilahirkan dan tidak pula melahirkan”.

Atheis : Masuk akalkah bila dikatakan bahwa Allah adalah yang pertama dan tidak ada sesuatu sebelum-Nya? , pada tahun berapa Dia ada?

Abu Hanifah : Dia (Allah) ada sebelum adanya sesuatu.

Atheis : Kami mohon diberikan contoh yang lebih jelas dari kenyataan!

Abu Hanifah : Tahukah tuan tentang perhitungan?

Atheis : Ya.

Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka satu?

Atheis : Tidak ada angka (nol).

Abu Hanifah : Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang mendahuluinya, kenapa tuan heran kalau sebelum

Allah Yang Maha satu yang hakiki tidak ada yang mendahului-Nya?

Atheis : Dimanakah Tuhan-mu berada sekarang?, sesuatu yang ada pasti ada tempatnya.

Abu Hanifah : Tahukah tuan bagaimana bentuk susu?, apakah di dalam susu itu keju?

Atheis : Ya, sudah tentu.

Abu Hanifah : Tolong perlihatkan kepadaku di mana, di bagian mana tempatnya keju itu sekarang?

Atheis : Tak ada tempat yang khusus. Keju itu menyeluruh meliputi dan bercampur dengan susu di seluruh bagian.

Abu Hanifah : Kalau keju makhluk itu tidak ada tempat khusus dalam susu tersebut, apakah layak tuan meminta
kepadaku untuk menetapkan tempat Allah Ta’ala?, Dia tidak bertempat dan tidak ditempatkan!

Atheis :Tunjukkan kepada kami zat Tuhan-mu, apakah ia benda padat seperti besi, atau benda cair seperti air, atau menguap seperti gas?

Abu Hanifah : Pernahkan tuan mendampingi orang sakit yang akan meninggal?

Atheis :Ya, pernah.

Abu Hanifah : Sebelum ia meninggal, sebelumnya dia bisa berbicara dengan tuan dan menggerak-gerakan anggota tubuhnya. Lalu tiba-tiba diam tak bergerak, apa yang menimbulkan perubahan itu?

Atheis : Karena rohnya telah meninggalkan tubuhnya.

Abu Hanifah : Apakah waktu keluarnya roh itu tuan masih ada disana?

Atheis : Ya, masih ada.

Abu Hanifah: Ceritakanlah kepadaku, apakah rohnya itu benda padat seperti besi, atau cair seperti air atau menguap seperti gas?

Atheis : Entahlah, kami tidak tahu.

Abu Hanifah : Kalau tuan tidak boleh mengetahui bagaimana zat maupun bentuk roh yang hanya sebuah makhluk,
bagaimana tuan boleh memaksaku untuk mengutarakan zat Allah Ta’ala?!!

Atheis : Ke arah manakah Allah sekarang menghadapkan wajahnya? Sebab segala sesuatu pasti mempunyai arah?

Abu Hanifah : Jika tuan menyalakan lampu di dalam gelap malam, ke arah manakah sinar lampu itu menghadap?

Atheis : Sinarnya menghadap ke seluruh arah dan penjuru.

Abu Hanifah : Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma buatan itu, bagaimana dengan Allah Ta’ala Pencipta langit
dan bumi, sebab Dia nur cahaya langit dan bumi.

Atheis : Kalau ada orang masuk ke syurga itu ada awalnya, kenapa tidak ada akhirnya? Kenapa di syurga kekal selamanya?

Abu Hanifah : Perhitungan angka pun ada awalnya tetapi tidak ada akhirnya.

Atheis : Bagaimana kita boleh makan dan minum di syurga tanpa buang air kecil dan besar?

Abu Hanifah : Tuan sudah mempraktekkanya ketika tuan ada di perut ibu tuan. Hidup dan makan minum selama sembilan
bulan, akan tetapi tidak pernah buang air kecil dan besar disana. Baru kita melakukan dua hajat tersebut setelah keluar
beberapa saat ke dunia.

Atheis : Bagaimana kebaikan syurga akan bertambah dan tidak akan habis-habisnya jika dinafkahkan?

Abu Hanifah : Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan malah bertambah banyak, seperti ilmu. Semakin diberikan (disebarkan) ilmu kita semakin berkembang (bertambah) dan tidak berkurang.
“Ya! kalau segala sesuatu sudah ditakdirkan sebelum diciptakan, apa yang sedang Allah kerjakan sekarang?” tanya
Atheis.

“Tuan menjawab pertanyaan-pertanya an saya dari atas mimbar, sedangkan saya menjawabnya dari atas lantai. Maka untuk menjawab pertanyaan tuan, saya mohon tuan turun dari atas mimbar dan saya akan menjawabnya di tempat tuan”, pinta Abu Hanifah.

Ilmuwan kafir itu turun dari mimbarnya, dan Abu Hanifah naik di atas.
“Baiklah, sekarang saya akan menjawab pertanyaan tuan. Tuan bertanya apa pekerjaan Allah sekarang?”.
Ilmuwan kafir mengangguk.

” Ada pekerjaan-Nya yang dijelaskan dan ada pula yang tidak dijelaskan. Pekerjaan-Nya sekarang ialah bahwa apabila di atas mimbar sedang berdiri seorang kafir yang tidak hak seperti tuan, Dia akan menurunkannya seperti sekarang, sedangkan apabila ada seorang mukmin di lantai yang berhak, dengan segera itu pula Dia akan mengangkatnya ke atas mimbar, demikian pekerjaan Allah setiap waktu”.

Para hadirin puas dengan jawaban yang diberikan oleh Abu Hanifah dan begitu pula dengan ilmuwan besar atheis tersebut dia mengakui kecerdikan dan keluasan ilmu yang dimiliki Abu Hanifah. Penjelasan Abu Hanifah sangat jelas, lugas, tegas dan mudah dipahami, bahkan oleh orang awam sekalipun.

Mungkin kita pernah mengajukan pertanyaan seperti Ilmuan Kafir di atas baik secara langsung ataupun hanya di hati saja. Ya, memang begitulah sifat manusia yang selalu ingin tahu, tapi sayangnya ilmu yang kita punya masih terlampau sangat-sangat sedikit untuk menjelaskan itu semua. Semoga cerita di atas bisa menjawab rasa penasaran teman-teman, sehingga kita dapat kukuh memegang akidah. Amiin Allahuma amiin.

Salah satu tugas agama ialah memelihara akal. Memelihara akal ialah dengan jalan menambah ilmu melatih diri berfikir & merenungkannya. .

From: http://mutiamanarisa.wordpress.com

Jumat, 06 Januari 2012

Rencana atau harapan

Berkaca dari kejadian yang dialami temanku, beliau adalah seorang guru senior ditempat kami, meskipun dipanggil “mbah” oleh teman-teman tapi semangatnya tidak kalah dengan yang masih muda. Dua hari yang lalu beliau sakit, awalnya seperti flu biasa, dan kemaren pagi terdengar kabar bahwa beliau masuk rumah sakit dan sampai hari ini masih dirawat di ruang ICU, klo dilihat dari kejadiannya mungkin beliau kecapeaan atau terlalu banyak fikiran, ini dimulai ketika beliau pulang dari PLPG ( Diklat/Pelatihan untuk guru yang akan disertifikasi) karena pelatihan ini dilaksanakan selama 10 hari penuh, yang dilaksanaakan mulai dari pukul 07.00 WIB s/d 20.00 WIB, dengan pemberian materi dan tugas yang harus diselesaikan oleh setiap pesertanya, sehingga kebanyakan mereka yang pulang dari pelatihan ini, untuk yang ketahanan fisiknya kurang fit bisa sampai jatuh sakit karena kecapean. 

Sebulan kemudian Pengumuman Hasil PLPG keluar, dari 4 orang teman kami yang mengikuti PLPG pada waktu itu hanya satu orang yang dinyatakan lulus, kekecewaan yang sangat nampak pada raut wajah ketiga teman kami yang dinyatakan tidak lulus. Tapi masih ada satu titik harapan yang masih bisa teman kami usahakan, karena ada ujian tulis ulang bagi yang dinyatakan tidak lulus. Datanglah hari ujian ulang yang ditentukan, ketiga teman kami berangkat dengan segala persiapannya, dan dua minggu kemudian hasil ujian ulang bisa dilihat di internet melalui website UM sebagai tempat yang diberi tanggung jawab untuk memberikan pelatihan, dan dari ketiga teman kami ini yang mengikuti ujian ulang hanya satu orang yang dinyatakan lulus.
Dan dari 2 orang teman yang tersisa (tidak lulus), satu teman bisa mengikuti kembli PLPG tahun depan sedangkan temanku yang sering di panggil “mbah” ini sudah mendekati massa pensiun sehingga tidak memungkinkan untuk mengikuti PLPG kembali tahun berikutnya. Mendengar berita tidak lulusnya kondisi temanku ini drop dan semakin menurun, tunjangan profesi yang diharapkannya jika beliau Diklat PLPG –nya lulus hilanglah sudah, padahal sebelum pengumuman teman kami ini sempat merencanakan beberapa hal  jika tunjangan profesi itu cair. Sekarang rencana tinggalah rencana, kondisi teman kami ini belum pulih dan masih dirawat di ruang ICU, dan menurut kabar sakitnya juga sudah sampai menyerang jantung.

Hikmah yang bisa kita ambil dari cerita diatas, Seberapapun kita berencana tentang banyak hal, Semua akan ditentukan oleh Zat yang Maha Berencana yang lebih mengerti semua hal yang terbaik untuk kita. Karena sematang apapun kejadian yang kita rencanakan, kita hanya mampu merencanakannya saja dan takdir lebih kuat berlaku dari rencana kita. Dan Apapun yang kita rencanakan hendaknya kita selalu menyertakan Allah didalamnya karena setiap kejadian ada dalam genggamannya, dan Dia Maha berkehendak atas segala sesuatu, kemudian pasrahkan semuanya hanya pada-Nya. Dan jika semuanya meleset dari apa yang kita rencanakan mungkin Allah akan menyiapkan gantinya yang lebih tepat dan lebih baik dari sesuatu yang kita recanakan.

Allah SWT berfirman: "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216) 

Sandarkanlah harapanmu pada Zat yang Maha Baik dan jika rencana itu belum terwujud, maka kita tidak akan merasa sangat kecewa, karena sesuatu yang menurutmu baik belum tentu baik menurut Allah, dan sebaliknya jika sesuatu itu tidak baik menurutmu, mungkin menurut Allah itulah yang terbaik bagimu.

Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”
                                                                                                (Q.s. Al- Maidah [5] : 23)

            Untuk temanku, semoga “mbah” lekas sembuh dan bisa berada ditengeh-tengah kami kembali dan tertawa lagi bersama murid-murid yang selalu mendoakan agar ibu cepet sembuh.

Mulai dari sekarang

Awalnya........

Hanya ingin membuat hidup jadi lebih hidup
 
Mencoba berbagi lewat kata

Tak akan bisa, jika kau tak memulai

Rencanakan semuanya

Dan bergeraklah, meski hanya selangkah

Buat semuanya tau, kau ada

Karena ada mu, bukan sesuatu yang sia-sia