Minggu, 11 November 2012

Keikhlasan VS Tunjangan Profesi Guru


“Guru pahlawan tanpa tanda jasa”, dulu atau bahkan sampai sekarang pribahasa ini masih sering kita dengar, tapi banyak yang sudah mulai diperbaiki dan diperhatikan oleh pemerintah untuk masalah kesejahteraan guru. 

Yang kita tau, dulu guru adalah orang yang bersemangat menularkan ilmu yang beliau punya kepada murid-muridnya, mulai soal membaca dan berhitung dan banyak pengetahuan lainnya yang telah diwariskan oleh beliau kepada kita sewaktu kita masih bersekolah dulu. Yach banyak orang tau, dulu profesi guru bukanlah profesi yang prestisius karena gaji yang mereka peroleh bisa dibilang sepuluh koma, eh…. Jangan salah sangka dulu karena sepuluh koma artinya tanggal sepuluh sudah koma dan harus cari tambahan lain untuk menyambung hari berikutnya  agar asap dapur  bisa tetap  mengepul. Saya bisa mengatakan seperti ini karena ibu saya sendiri seorang guru hehe, tapi banyak hal yang bisa saya tangakap dari kenyataan dulu dan sekarang. 

Dulu,  dengan segala keterbatasannya guru memiliki niat tulus dan ikhlas untuk membuat anak didiknya menjadi orang yang berkualitas dari segi pengetahuan dan keilmuan, yang selalu bisa menginspirasi murid-muridnya untuk lebih maju dan pasti lebih baik kehidupannya kelak, tanpa mempedulikan berapa gaji yang mereka terima tiap bulan. Seperti yang dilakukan salah satu guru seni dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang berhasil menginspirasi Ikal dan Arai untuk melanjutkan sekolah hingga ke Prancis (meski ini cerita fiksi), dan seperti inilah seharusnya seorang guru, bisa menanamkan sikap optimis menghadapi masa depan meski latar belakang muridnya serba terbatas , menanamkan kesungguhan bahwa tidak ada yg tidak mungkin jika memiliki niat dan tekad yang kuat. Dan kebanyakan produk dari keikhlasan inilah yang banyak berhasil, karena semua yang dilakukan dengan hati yang tulus pasti efek kedepannya baik dan lebih membekas.

Sekarang , dengan segala fasilitas dan kemudahan akses pendidikan melalui kemajuan teknologi, dengan diperbaikinya kesejahteraan guru oleh pemerintah melalui tunjangan profesi guru. Guru seharusnya bisa lebih mengoptimalkan tugasnya untuk memerbaiki mutu pendidikan, menanamkan nilai-nilai optimis, dan memotivasi muridnya untuk menjadi manusia yang lebih berkualitas dan memiliki karakter yang baik. Tapi masih banyak kita jumpai guru-guru yang kurang maksimal dalam tugasnya seperti ketika masuk jam pelajaran murid hanya diterangkan materi pelajaran sekenanya tanpa didukung dengan alat peraga atau media pembelajaran yang memiliki fungsi memberikan pemahaman konsep yang lebih jelas kepada murid, padahal alat-alat peraga tersebut telah tersedia di lab sekolah. Atau masih sering kita jumpai guru yang hanya menyuruh muridnya mengerjakan LKS dan hanya diterangkan sebagian kemudian sang guru pergi ke kantor guru untuk sekedar ngobrol / ngerumpi dengan guru yang lain (maaf, tapi kejadian ini pernah saya temui), dan masih banyak guru yang enggan membuat perencanaan untuk persiapan mengajar hari berikutnya. Padahal sesuatu hal yang dilakukan tanpa perencanaan yang jelas, kita tidak akan bisa mengukur seberapa jauh hal yang kita lakukan mencapai target dan berhasil. Seharusnya dengan di perbaikinya kesejahteraan guru, guru lebih bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya, lebih mempersiapkan  segala hal yang berhubungan dengan pemberian materi, pemahaman konsep dan penanaman moral serta karakter yang baik kepada anak didik, sehingga peningkatan mutu pendidikan tercapai dengan maksimal.

Terlepas dari itu semua, mulai dari diri kita untuk lebih berbenah memperbaiki nilai-nilai pendidikan yang ada disekitar kita, karena tidak mungkin akan terjadi perubahan besar  pada dunia pendidikan kita, jika tidak kita awali dari hal yang kecil, dari lingkungan sekitar kita dan dari diri kita sendiri untuk menjadi bagian dari perubahan.