“Guru pahlawan tanpa tanda jasa”,
dulu atau bahkan sampai sekarang pribahasa ini masih sering kita dengar, tapi
banyak yang sudah mulai diperbaiki dan diperhatikan oleh pemerintah untuk masalah
kesejahteraan guru.
Yang kita tau, dulu guru adalah
orang yang bersemangat menularkan ilmu yang beliau punya kepada murid-muridnya,
mulai soal membaca dan berhitung dan banyak pengetahuan lainnya yang telah
diwariskan oleh beliau kepada kita sewaktu kita masih bersekolah dulu. Yach
banyak orang tau, dulu profesi guru bukanlah profesi yang prestisius karena
gaji yang mereka peroleh bisa dibilang sepuluh koma, eh…. Jangan salah sangka
dulu karena sepuluh koma artinya tanggal sepuluh sudah koma dan harus cari tambahan
lain untuk menyambung hari berikutnya agar asap dapur bisa tetap mengepul. Saya bisa mengatakan seperti ini karena
ibu saya sendiri seorang guru hehe, tapi banyak hal yang bisa saya tangakap dari
kenyataan dulu dan sekarang.
Dulu, dengan segala keterbatasannya guru memiliki
niat tulus dan ikhlas untuk membuat anak didiknya menjadi orang yang
berkualitas dari segi pengetahuan dan keilmuan, yang selalu bisa menginspirasi
murid-muridnya untuk lebih maju dan pasti lebih baik kehidupannya kelak, tanpa
mempedulikan berapa gaji yang mereka terima tiap bulan. Seperti yang dilakukan salah
satu guru seni dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang berhasil
menginspirasi Ikal dan Arai untuk melanjutkan sekolah hingga ke Prancis (meski
ini cerita fiksi), dan seperti inilah seharusnya seorang guru, bisa menanamkan
sikap optimis menghadapi masa depan meski latar belakang muridnya serba
terbatas , menanamkan kesungguhan bahwa tidak ada yg tidak mungkin jika
memiliki niat dan tekad yang kuat. Dan kebanyakan produk dari keikhlasan inilah
yang banyak berhasil, karena semua yang dilakukan dengan hati yang tulus pasti
efek kedepannya baik dan lebih membekas.
Sekarang , dengan segala fasilitas
dan kemudahan akses pendidikan melalui kemajuan teknologi, dengan diperbaikinya
kesejahteraan guru oleh pemerintah melalui tunjangan profesi guru. Guru
seharusnya bisa lebih mengoptimalkan tugasnya untuk memerbaiki mutu pendidikan,
menanamkan nilai-nilai optimis, dan memotivasi muridnya untuk menjadi manusia
yang lebih berkualitas dan memiliki karakter yang baik. Tapi masih banyak kita
jumpai guru-guru yang kurang maksimal dalam tugasnya seperti ketika masuk jam
pelajaran murid hanya diterangkan materi pelajaran sekenanya tanpa didukung
dengan alat peraga atau media pembelajaran yang memiliki fungsi memberikan
pemahaman konsep yang lebih jelas kepada murid, padahal alat-alat peraga
tersebut telah tersedia di lab sekolah. Atau masih sering kita jumpai guru yang
hanya menyuruh muridnya mengerjakan LKS dan hanya diterangkan sebagian kemudian
sang guru pergi ke kantor guru untuk sekedar ngobrol / ngerumpi dengan guru
yang lain (maaf, tapi kejadian ini pernah saya temui), dan masih banyak guru yang
enggan membuat perencanaan untuk persiapan mengajar hari berikutnya. Padahal
sesuatu hal yang dilakukan tanpa perencanaan yang jelas, kita tidak akan bisa
mengukur seberapa jauh hal yang kita lakukan mencapai target dan berhasil.
Seharusnya dengan di perbaikinya kesejahteraan guru, guru lebih
bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya, lebih mempersiapkan segala hal yang berhubungan dengan pemberian
materi, pemahaman konsep dan penanaman moral serta karakter yang baik kepada
anak didik, sehingga peningkatan mutu pendidikan tercapai dengan maksimal.
Terlepas dari itu semua, mulai dari diri
kita untuk lebih berbenah memperbaiki nilai-nilai pendidikan yang ada disekitar
kita, karena tidak mungkin akan terjadi perubahan besar pada dunia pendidikan kita, jika tidak kita
awali dari hal yang kecil, dari lingkungan sekitar kita dan dari diri kita
sendiri untuk menjadi bagian dari perubahan.